##plugins.themes.bootstrap3.article.main##

Maya Shovitri

Abstrak

Klorinasi adalah salah satu teknik pengolahan limbah yang sering digunakan untuk membunuh bakteri koliform patogenik dalam pengolahan limbah cair rumah sakit. Di sisi lain, aplikasi kaporit berkorelasi positif dengan pembentukan senyawa organohalogen yang beracun. Sehingga aplikasi kaporit harus berdasarkan perhitungan titik breakpoint chlorination (BPC) agar aman terhadap lingkungan. Dengan menggunakan sampel limbah cair dari sebuah rumah sakit yang melakukan klorinasi dengan dosis 5 mg/L, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah aplikasi kaporit di titik BPC selalu aplikatif untuk mengolah limbah tersebut. Titik BPC ditentukan dengan metode titrasi iodometri dan kalium permanganat. Berdasarkan titrasi kalium permanganat, limbah mengandung bahan organik sebesar 39.79 mg/L, sehingga dosis klor aktif yang diujikan adalah 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60, dan 65 mg/L. Dari semua waktu inkubasi yang dibandingkan (0, 15, 30 dan 45 menit) terlihat bahwa titik BPC terjadi pada dosis yang sama yaitu 55 mg/L. Dosis tersebut mampu menurunkan konsentrasi bakteri koliform dari sekitar 106 sel/100 ml menjadi 200 sel/100 ml. Bila klorinasi hanya dilihat sebagai desinfektan, klorinasi pada dosis BPC tersebut belum tentu aplikatif, karena ternyata dengan dosis 10 mg/L juga menurunkan konsentrasi bakteri kolifom menjadi 200 sel/100 ml. Selain itu, aplikasi klor 55 mg/L terdeteksi meninggalkan residu klor sebanyak rerata 43 mg/L klor aktif ke lingkungan. Residu tersebut relatif tinggi bila dibandingkan dengan aplikasi nyata dari mana sampel tersebut diambil, yaitu 5 mg/L, walaupun dosis 5 mg/L terdeteksi masih mengandung bakteri koliform  yang di atas ambang batas, yaitu sekitar 105 sel/100 ml.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

Bagian
Articles